Jilbab bukan lagi menjadi
kata yang asing didengar, terlebih belakangan ini, di mana wanita
muslimah berbondong-bondong untuk mengenakan jilbab – dengan prasangka
baik – bahwa mereka melakukannya sebagai wujud ketaatan akan perintah
Allah dan Rasul-Nya. Ada perasaan nyaman bagi sebagian orang yang
mengenakannya, karena pakaian yang dikenakannya akan meninggalkan kesan
yang ‘lebih Islami’, terlepas dari cara dan mode pakaian yang dia
kenakan.
Yang tidak banyak disadari, atau
mungkin lebih sering diabaikan, bahwa jilbab bukan sekedar mengenakan
pakaian lengan panjang, betis tertutup hingga tumit, dada dan leher
terhalang dari padangan orang. Bahwa jilbab bukan sekedar membalut
anggota-anggota tubuh yang tidak semertinya terlihat selain mahram.
Tidak, Jilbab lebih dari itu!
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا
النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ
يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ
Jilbab sejatinya adalah ‘body
covering’, penutup tubuh (aurat) yang akan melindungi seorang wanita,
dari pandangan dan penilaian orang lain, khususnya laki-laki, dan
bukannya ‘body shaping’, pembalut tubuh yang menampilkan seluruh lekuk
liku tubuh seorang wanita, membuat orang menoleh kepadanya.
Jilbab, di tangan wanita
muslimah masa kini, telah kehilangan esensinya. Seperti komentar seorang
rekan kerja dulu, ketika melihat dua orang gadis remaja berboncengan
dengan jilbab yang serba ketat, “Yah.. jilbab sekarang kan untuk
membalut aurat, bukan untuk menutup aurat!”
Padahal Allah subhanahu wa ta’ala telah memperingatkan:
وَلا يُبْدِينَ
زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى
جُيُوبِهِنَّ
Saat ini, di tangan wanita muslimah
masa kini, jilbab itu sendiri adalah perhiasan. Sebagian orang yang
mengenakannya justru mengundang orrang (baca: laki-laki) untuk
melihatnya, Betapa tidak, pakaian terututup yang serba ketat justru
menggoda orang ingin tahu apa yang ada di baliknya. Baju model baby doll
berlengan pendek, dipadu dengan manset dan jeans atau bicycle pants
super ketat, atau jenis pakaian ketat yang menampilkan lekuk tubuh
lainnya.
Jika sudah begitu lalu apa
bedanya dengan pakaian yang lainnya? Tambahan sepotong kain yang
dililitkan pada kepala dan leher tidak menjadikan sebuah pakaian
dikatakan berjilbab, karena toh yang memakainya masih terlihat seperti
telanjang.
Padahal Rasulullah telah memberikan peringatan keras, kepada para wanita yang berpakaian tetapi telanjang:
“Ada dua golongan penduduk neraka
yang sekarang saya belum melihat keduanya, yaitu: wanita-wanita yang
berpakaian tetapi telanjang, yang berlenggak-lenggok dan memiringkan
kepalanya seperti punuk unta, dimana mereka tidak akan masuk surga,
bahkan mencium baunya pun tidak..”
(HR Muslim dan Ahmad)
Hadits ini telah diabaikan, entah
karena tidak tahu, atau mungkin tidak diperdulikan! Atau mungkin terlalu
takut untuk mengetahui kebenaran yang akan menyebabkannya merasa
terasing dari masyarakat, lalu membuatnya mentup mata, hati dan telinga.
Atau bahkan yang lebih mengerikan lagi, dengan sengaja memberikan
penafsiran berbeda mengenai perintah untuk menutup aurat itu, demi
memenuhi hawa nafsunya!
Aduhai, entah kemana perginya
rasa takut itu, seolah-olah kehidpan di dunia ini akan berlangsung
selamanya dan ancaman manusia mulia, hamba dan utusan Allah untuk
memberikan peringatan kepada manusia, tidak berarti apa-apa kecuali
hanya sekedar gertak sambal! Na’udzubillah!
Entah kemana perginya rasa malu
yang seharusnya bermanifestasi pada prilaku dan cara berpakaian?
Sebagian besar kita justru terlena pada penilaian kebanyakan orang.
“Berjilbab bukan berarti ketinggalan zaman.” Atau, “Dengan jilbab pun
bisa tampil modis dan trendi.”
Entah mengapa, kita menjadi latah dengan penilaian orang kafir, mengenakan jilbab syar’I adalah symbol keterbelakangan, bahkan yang lebih menyedihkan lagi yang terjadi akhir-akhir ini, jilbab besar adalah cirri aliran sesat dan pengikut paham esktrimis!
Entah mengapa, kita menjadi latah dengan penilaian orang kafir, mengenakan jilbab syar’I adalah symbol keterbelakangan, bahkan yang lebih menyedihkan lagi yang terjadi akhir-akhir ini, jilbab besar adalah cirri aliran sesat dan pengikut paham esktrimis!
Islam telah memuliakan wanita,
menjaga kehormatan wanita dengan menetapkan batasan-batassannya, bukan
untuk menjadikan wanita terkekang, sebaliknya bahkan untuk melindungi
kaum wanita. Tubuh seorang wanita adalah milik pribadinya, bukan
properti umum yang dapat dilirik, ditaksir dan diberikan penilaian.
Wanita sejatinya adalah individu yang bebas, ketika dia mengikuti apa
yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya bagi dirinya. Jangan mengira
bahwa wania-wanita yang tampil trendi itu adalah orang-orang yang
memiliki kebebasam memilih, karena toh mereka terkungkung oleh pandangan
orang lain.
Sederhana sekali, jika seseorang
atau beberapa orang mengatakan kepada anda “kamu cantik dengan baju
ini, atau dengan warna itu,” anda lalu mengikuti perkataannya. Padahal
cantik adalah sebuah ukuran relatif yang senantiasa berfluktuasi
sepanjang zaman. Layaknya mata uang, ia bisa mengalami devaluasi, Lalu
di mana letak kebebasan itu, ketika seorang wanita membiarkan dirinya
terbawa arus fluktuasi itu? Pilihan orang banyak adalah pilihannya?
Pendapat orang banyak adalah pendapatnya?
Pada kenyataannya, jilbab adalah
sesuatu yang masih asing di kalangan wanita muslimah, karena yang
bertebaran saat ini hanyalah sekedar penutup kepala, pembalut tubuh,
trend mode dan bukannya jilbab yang seharusnya berfungsi untuk menutup
aurat dengan sempurna. Wallahu a'lam.
artikel: Learning Page of a Muslim Women - Khayla.net
Sumber : http://www.atjehcyber.net/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar