![Imam+Ghozali Imam+Ghozali](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjR0s6VCg9sxlv6jrPTf6c_hVzJS3QoN9CGr-n5Yo7zIJ0FOGPQfppiVZRZSLBdp4_bKeIOW0x6p4c53YoQbNxD73T2mSIh61HZB4elR3sIb6tBwd-0jdpRRsVMWttg4vEGn3xJXjHZQw/s1600/Imam+Ghozali.jpeg)
Imam
Ghozali dalam Ihya’ Ulumuddin, Ilmu Tasawuf terbagi menjadi dua:
Tasawuf sebagai ilmu Mu’amalah, inilah yang diuraikan dalam Ihya’ Ulumuddin.
Kedua, ilmu Tasawuf sebagai ilmu mukasyafah, menurut Imam Ghozali, ilmu ini
tersendiri serta tidak boleh dituliskan. Sebagaimana kata Imam Ghozali , “Fana
ialah salah satu tingkatan ilmu mukasyafah.
Dari dirinya muncul imajinasi orang
yang menyatakan terjadinya hulul atau penyatuan dan yang menyatakan: Aku
inilah Yang Maha Benar !..
ini benar-benar keliru, seperti kelirunya orang yang
mem vonis cermin sebagai merah hanya karena memantulkan warna merah.”
Mengenai Tauhid,
Imam Ghozali membaginya menjadi empat :
( 1 ) Tauhid
seorang yang menyatakan Tidak ada Tuhan kecuali Allah, sementara kalbunya
melalaikan makna ucapakannya, tauhidnya orang munafik.
( 2 )Tauhid yang
membenarkan makna ungkapan-ungkapan Syahadat, tauhidnya orang-orang awam.
( 3 ) Tauhidnya
orang yang menyaksikan kebenaran ungkapan tersebut secara kasyf dengan cahaya
Yang Maha Benar, tauhidnya orang-orang yang akrab dengan Allah, para
muqorrobin.
( 4 ) tauhid
seorang yang tidak melihat dalam wujud kecuali hal yang tunggal, tauhidnya
orang-orang yang benar, para shiddiqin, para sufi menyebutnya kefanaan dalam
tauhid.
Kebahagiaan Imam Ghozali berpendapat, dalam Kimia’ al-Sa’adah,
“Seandainya Anda memandang kearah ilmu, anda niscaya melihatnya bagaikan begitu
lezat. Sehingga ilmu itu dipelajari karena manfaatnya. Anda pun niscaya
mendapatkannya sebagai sarana menuju akhirat serta kebahagiaanya, dan
juga sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah. Namun hal ini mustahil
tercapai kecuali dengan ilmu tersebut.
Dan yang paling tinggi peringkatnya,
sebagai hak umat manusia, adalah kebahagiaan abadi. Sementara yang paling baik
adalah sarana ilmu tersebut yaitu amal, yang mengantarnya kepada kebahagiaan
tersebut, dan kebahagiaan tersebut mustahil tercapai kecuali dengan ilmu serta
amal. Dan ilmupun tidak mungkin tercapai kecuali dengan ilmu cara beramal. Jadi
asal kebahagiaan di dunia dan akhirat itu sebenarnya ilmu.
” Kelezatan khusus
kolbu adalah pengenalan terhadap Allah, dan kalbu memang tercipta untuk
mengenal Allah. Kelezatan tertinggi dan terluhur pengenalan terhadap Allah.
Manusia tidak hanya menikmati kelezatan pengenalan terhadap Allah setelah
meninggal dunia saja, tapi diapun bisa menikmatinya ketika dalam keadaan sadar,
yaitu ketika dia mampu menyaksikan berbagai hakekat realitas tertinggi, dan
kepadanya pun alam malakut disingkapkan. Semua ini mustahil tercapai kecuali
dengan keterpalingannya dari berbagai pesona materi, ilusi, serta kelezatan
yang fana.” Kata Imam Ghozali.
Sumber : http://ilmuamalan.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar