Jumat, 28 Maret 2014

Fakta Perbedaan Antara Akidah Wahabi dan Akidah Islam ( bag. I )

Wahabi Mujassimuun: ALLAH ITU BERSEMAYAM DI ATAS ‘ARSY DAN BERADA DI ATAS LANGIT

“Perbedaan Akidah Wahabi dan Islam” (Bag: I)


Saya sering diminta untuk membuat daftar hal-hal yang berbeda antara akidah versi Wahabi  dan Islam. Perbedaan utama adalah bahwa ketika Wahabi mengatakan: ”Allah tidak menyerupai ciptaan-Nya”, maksud mereka adalah: bahwa ALLAH  BERBEDA DENGAN CIPTAAN-NYA DALAM CARA SEPERTI CIPTAAN berbeda satu sama lain, INI MIRIP seperti dalam kasus sidik jari, Semua orang memiliki sidik jari yang berbeda.
Jadi ketika mereka mengatakan: Allah mempunyai tangan, tetapi “tidak seperti TANGAN kita,” artiNYA memiliki karakteristik fisik yang berbeda, seperti warna, jumlah jari, atau BENTUK, atau sesuatu seperti itu. KENYATAAN ini TERJADI, karena mereka percaya bahwa Allah adalah sesuatu yang dapat menunjuk arah dan memiliki batas, yaitu bentuk dan ukuran.
Untuk mempermudah, mari kita menyebutnya JISIM / tubuh, karena tubuh adalah segala sesuatu dengan ukuran dan bentuk, WALAU TERKADANG banyak Wahabi tidak suka DENGAN kata ini.  Semua kreasi seperti yang KITA amati oleh mata kita, memiliki bentuk, dan berbeda hanya dalam bentuk  dan ukuran. Karena Wahabi percaya bahwa tuhan mereka adalah JISIM / tubuh, KARENA keyakinan mereka adalah: ALLAH hanya berbeda DENGAN CIPTAAN-NYA dalam karakteristik tubuh, YAKNI BERBEDA DALAM bentuk dan ukuran SAJA. Ini berarti bahwa ALLAH menjadi bagian identik dengan ciptaan, DAN bagian yang berbeda cara.
Di sisi lain, kaum Sunni (Ahlussunnah Wal Jama’ah) mengatakan bahwa realitas keberadaan Allah bena- benar tidak menyerupai ciptaanNya. Mereka tidak percaya bahwa Allah berbeda dengan ciptaan-Nya hanya dalam hal-hal SEPERTI ciptaan berbeda satu sama lain. DENGAN alasan ini, kaum Sunni (Aswaja)  mengatakan bahwa realitas keberadaan Allah bukanlah tubuh. Artinya Dia tanpa ukuran atau bentuk.
Cara lain untuk mengekspresikan kepercayaan Sunni DALAM HAL non kemiripan Allah-DENGAN ciptaan adalah bahwa kemiripan apa pun DENGAN MAHLUK PASTI butuh spesifikasi. Padahal semestinya Realitas keberadaan Allah tidak memerlukan spesifikasi, karena BILA membutuhkan spesifikasi berarti menjadi tergantung pada sesuatu yang lain yang MENENTUKAN SPESIFIKASINYA. Dengan kata lain, berarti bergantung pada pencipta untuk memberikan spesifikasi dan keberadaan sesuai dengan spesifikasi. keberadaan Tubuh, yang mencakup ukuran dan bentuk, sangat membutuhkan spesifikasi ukuran dan bentuknya, karena tidak ada bentuk atau ukuran YANG memiliki prioritas lebih tinggi untuk eksistensi intrinsik. Tidak ada ukuran lebih mungkin ada dari yang lain, tanpa pengaruh dari selain itu. Demikian juga, bentuk tidak lebih mungkin ada dari yang lain tanpa pengaruh dari selain itu.
DAN Apa pun yang memiliki keberadaan SEBAGAIMANA tubuh, MAKA ITU kreasi (DI CIPTA), MAKA tidak BISA menjadi Pencipta. Itulah sebabnya, PARA ULAMA SALAF meskipun mereka tidak menjelaskan secara detail TENTANG SIFAT MUTASABIHAT, MEREKA selalu menyatakan bahwa SIFAT Allah tanpa bagaimana, yaitu tanpa spesifikasi, tanpa bentuk atau perubahan. PENDAPAT MEREKA SEPERTI ITU KARENA kedekatan dengan MASA kenabian, mereka memiliki pikiran besar dan pemahaman yang mendalam tentang agama. Mereka memahami bahwa Allah tidak terbatas atau memiliki batas, atau kurang sempurna dalam arti apapun, dan bahwa Dia tidak dalam arah atau berubah. Mereka menyatakan semua ini dengan kalimat sederhana: “tanpa bagaimana.”  Mereka mengambil kalimat ini
dari Alquran:  “…  DIA benar-benar tidak menyerupai apapun”(QS AS SYUR0:11).  Artinya, realitas keberadaan-Nya tidak menyerupai ciptaan.
Sebagai kesimpulan, keyakinan Wahabi adalah bahwa Allah berbeda dari ciptaan / MAHLUK SEPERTI cara CIPTAAN berbeda satu sama lain. Mereka percaya bahwa keberadaan-Nya adalah tubuh, seperti sang makhluk. IniLAH perbedaan YANG paling mendasar antara Sunni (Aswaja) dan Wahabi.
Perbedaan inti lainnya, YAITU konsep unik mereka TENTANG syirik, YANG benar- benar merupakan konsekuensi dari HAL DI ATAS. Mari saya jelaskan …. Ketika manusia menyembah bentuk 3 dimensi, ENTAH BAGAIMANA mereka merasa perlu untuk membuat YANG DISEMBAHNYA berbeda dari benda lain. Alasannya adalah bahwa ITU ADALAH realitas penting dari keberadaan apa yang mereka sembah, BEGITU JUGA semua hal lain YANG BERSANGKUTAN DGN YANG MEREKA SEMBAH. TETAPI…, bentuk 3 dimensi TETAP SAJA hanya bentuk 3 dimensi sehubungan dengan jenis keberadaan, yaitu BERUPA JISIM atau tubuh.
Dengan demikian, perbedaan ini hanya bisa MEREKA DAPATKAN dalam hal:
1-Apa yang dilihat, yaitu penampilan dalam bentuk, ukuran atau warna, atau lokasi.
2-Beberapa karakteristik yang tak terlihat.
3-Bagaimana seseorang berperilaku terhadap objek ini.
Itulah SEBABNYA mengapa Anda akan menemukan Buddha atau anemist (orang-orang yang menyembah pohon-pohon dan benda lainnya yang ditemukan) menghiasi idola (TUHAN) nya DENGAN bentuk aneh, seperti beberapa kepala, dan jika dia kaya dia akan membeli HIASAN dari emas. Anda juga akan menemukan MEREKA memasukkan TUHAN nya ke dalam sebuah lokasi khusus di rumahnya. Ini BERKAITAN DENGAN penampilan YANG MEREKA SEMBAH. Ia akan mengklaim bahwa berhala memiliki kekuatan, atau pengetahuan, atau sejenisnya, untuk mencoba merasionalisasi ibadah KEPADANYA. Lalu ia akan MELAKUKAN ritual upacara khusus di hadapan fisiknya. Banyak perhatian yang diCURAHKAN DI lokasi idola, JUGA perilaku upacara yang berhubungan dengan lokasi ini, dan hiasan untuk membedakannya dari objek lainnya. Hal ini untuk berkontribusi dalam ilusi bahwa pada dasarnya TUHAN MEREKA berbeda dari benda lain, dan membuatnya tampak masuk akal bahwa itu adalah tuhan.
Para Wahabi adalah sama seperti penyembah berhala biasa, mereka menyembah apa yang pada dasarnya adalah sebuah hal yang 3 dimensi. Namun, objek ibadah mereka tidak ada, sehingga mereka hanya akan mengatakan tentang penampilannya, “tidak seperti benda lain dan tidak tahu bagaimana.” DAN cara KETUHANAN mereka SEPERTI INI DI biarkan terbuka, dan BISA DI KETAHUI OLEH UMAT Buddha, SeHinGGa kaum BUDHA BERKATA: “objek KAMI jauh lebih baik daripada Anda, KARENA ANDA” ketika ditanya “bagaimana?” ANDA berkata, “kami tidak tahu, tapi POKOKNYA ADA BERSEMAYAM DI ARASY. ”
Pada aspek penampilan lokasi, lokasi khusus TUHAN WAHABI adalah  “di atas dunia dalam arah.”  Di sini mereka telah melampaui semua penyembah berhala lainnya dengan memilih lokasi yang benar-benar khusus yang tidak dapat dijangkau oleh indera. Tapi mereka berada pada keSALAHAN konseptual KARENA KE ESAAN TIDAK MUTLAK UNTUK ALLAH, TOH BANYAK KESAMAANNYA di bumi, Lagi pula, setiap objek fisik tunggal adalah “satu” dalam hitungan, tetapi tidak dalam bentuk, SEHINGGA KONSEP MEREKA sangat berkabut, dan mereka memiliki cukup dilema. YANG bisa MEREKA lakukan adalah mengatakan bahwa tubuh yang mereka sebut Allah (tetapi sebenarnya BUKAN DIA) layak DISembah, sedangkan obyek lain YANG SAMA FISIK, JISIM, badan tidak LAYAK DI SEMBAH..! Tapi apa yang menjadi dasar mereka untuk klaim ini?
Mereka tidak bisa klaim ini, didasarkan pada kenyataan adanya objek ibadah mereka, karena tubuh, dan badan MEMILIKI sangat banyak mode yang sama DALAM eksistensi. Mereka tidak bisa mengklaim perbedaan berdasarkan karakteristik yang tak terlihat, karena jika kemahakuasaan, kemahatahuan dan keberadaan kekal bisa menjadi SIFAT dari DZAT YANG 3 dimensi ini,  maka tidak ada cara rasional UNTUK membuktikan bahwa SESUATU YANG seperti itu bisa memiliki SIFAT YANG TADI DI SEBUTKAN.  Sementara DZAT LAIN YANG SAMA SEPERTI ITU tidak..! Artinya mendasarkan pada klaim bahwa benda ini memiliki semua macam karakteristik seperti kekuasaan DLL, tidak akan memuaskan pencarian mereka untuk arti TAUHID YANG membuat mereka berbeda dari penyembah berhala lainnya.
DARI SEMUA PENJELASAN DI ATAS, semua penyembah berhala mengklaim BAHWA BERHALANYA memiliki segala macam kekuatan, sehingga hal ini tidak akan membuat WAHABI berbeda dengan cara yang esensial. Hal ini terutama bila dibandingkan dengan agama YANG MEMILIKI kepercayaan yang sama mengenai realitas keberadaan pencipta, yaitu JISIM, tubuh, seperti kristen, dan terutama orang-orang Yahudi. Dalam prakteknya, bagaimanapun, Wahabis telah mencapai keuntungan lebih DARI penyembah benda lainnya, karena Wahabis bisa memecahkan berhala fisik, dan tidak ada penyembah berhala MAMPU bersaing UNTUK membuktikan bahwa mereka salah, bahkan mereka sendiri tidak dapat membuktikan bahwa mereka benar.
Dalam HAL ini, Wahabi merasa lebih unggul dalam permainan membedakan Sembahan berhala NYA (seperti ketika Hindu klaim berhala-berhala mereka adalah lebih baik daripada Bhuddists dan sebaliknya). Namun, hal ini sangat lemah dengan sendirinya, karena didasarkan tidak adanya fisik TUHAN mereka, dan keberadaan TUHAN YANG fantastis tidak mungkin untuk DIbuktikan. Hal ini karena benda-benda fisik tidak dapat dibuktikan ada kecuali dengan observasi. Bukti bagi keberadaan pencipta yang digunakan Muslim tidak membantu mereka (WAHABI), karena KONSEP MUSLIM didasarkan pada gagasan bahwa apa PUN yang memiliki ukuran dan bentuk dan perubahan membutuhkan pencipta, berarti bahwa berhala mereka membutuhkan satu PENCIPTA juga.
Di sinilah konsep mereka tentang syirik datang untuk bermain, mereka PERLU sesuatu untuk membuat TUHAN mereka benar-benar berbeda dalam klaim MONOTEIS mereka secara unik. Mereka merasa perlu untuk membuat objek menyembah mereka berbeda dari obyek lain dengan cara yang lebih nyata. Mereka adalah orang-orang yang tidak berpikir banyak TENTANG non-fisik. Mereka, atau lebih tepatnya Ibnu Taimiyah, menemukan konsep keESAAN Allah itu menjadi masalah perilaku , soal siapa yang dapat dipanggil untuk membantu dan yang tidak bisa. HAL Ini sama dengan perilaku Buddha YANG penuh dgn upacara sekitar TUHAN MEREKA ditempatkan, untuk membedakannya dari badan- badan lain. Mereka membuat satu-satunya badan / BERHALA yang BOLEH dipanggil untuk membantu, terlepas dari apakah orang YANG MEMANGGIL  MEMINTA  BANTUAN  ITU percaya BAHWA YANG dipanggil memiliki kekuatan independen yang aktual dan nyata atau tidak?
Di antara perbedaan lain adalah, seperti mengatakan bahwa semua teks kitab suci harus dipahami secara harfiah. Kenyataannya ini adalah ide-ide tidak konsisten yang mereka gunakan hanya pada saat sesuai tujuan mereka. Kita semua tahu, jika itu tidak sesuai tujuan mereka, mereka akan LARI DARI semua ARTI harfiah dan kamus bahasa Arab dalam pemahaman tentang kata, seperti halnya dengan ARTI KALIMAT  “kħalaqa”:  membuat, dan aĥdatsa: MENGADAKAN ATAU membawa ke dalam keberadaan yang membutuhkan tempat danio adalah sifat makhluq. Ini dilakukan ketika mereka mengatakan bahwa SIFAT AL QURAN yang muhdats tetapi BUKAN makhluuq. Suatu interpretasi yang sangat  jauh dari masuk akal…!! Sungguh itu suatu yang kotradiktif,  bukankah setiap yang muhdats adalah merupakan sifat makhluq? Meraka tidak berani konsisten karena para Ulama’ Ahlus Sunnah wal Jama’ah telah sepakat untuk mengkafirkan siapa yang meyakini bahwa Al-Qur’an itu makhluk. ( Anwar Badruzzaman  )


bersambung…..

Sumber : http://ummatipress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar