Atas takdir
Allah, tiba-tiba tedengar dari mulut kepala tengkorak itu suara,
katanya, "Ya Nabi Isa, telah diperintahkan oleh Allah terhadap
tengkorang kering ini agar dapat berkata kata denganmu, maka tanyailah
apa-apa yang engkau kehendaki. Salam Allah Ta’ala kepadamu, ya Nabi Isa
Ruhullah."
Nabi Isa
berkata, "Hai tengkorak yang kering, kulit pun tidak ada padamu, maka
apa-apa yang kutanyakan kepadamu, jawablah hai tengkorak yang kering."
Ujar sang
tengkorak. "Tanyakanlah tuan apa-apa yang dikehendaki hati tuan; dengan
takdir Allah hamba akan menjawab segala pertanyaan tuan."
Mulailah pertanyaan-pertanyaan dari Nabi Isa diajukan kepada tengkorak itu,
"Hai tengkorak
yang kering, laki-laki atau perempuankah engkau, merdekakah, ataukah
seorang budak; Islam atau kafirkah engkau; berbahagia atau sengsarakah
engkau; mulia atau hinakah engkau, kaya atau miskinkah engkau, engkau
pemurah atau kikirkah; raja atau menteri?"
Tengkorak
kering itu pun menyahut, "Ya Nabi Isa ruhullah, hamba laki-laki bukan
seorang perempuan; dan hamba ini merdeka bukan budak, dan hamba orang
Islam bukan seorang kafir, dan hamba orang mulia, bukan orang hina, dan
hamba orang celaka bukan orang bahagia di akhirat; hamba orang kaya,
bukan orang miskin, dan hamba seorang pemurah bukan orang kikir, dan
hamba seorang baik, bukan seorang jahat, dan hamba seorang tua, bukan
anak muda; dan hamba berasal dari seorang raja, bukan seorang menteri”.
“Dahulu, ya
Nabi Isa Ruhullah, rupa hamba sangat baik dan juga sangat menakjubkan
lagi elok rupanya dari seluruh rupa. Sangat gemilang bercahaya.
Demikianlah keindahan paras hamba, jika siapa pun melihat melihat rupa
hamba, pastilah ia heran dan tercengang dengan postur tubuh hamba yang
gagah. Ketahuilah bahwa hambalah yang pemurah di daratan Mesir dan Syam.
“Dahulu
kerajaan hamba sangat besar. Pada waktu hamba hendak pergi berangkat
atau bertamasya pergi berburu, mungkin berjumlah enam belas ribu budak
pengiring. Belum termasuk hulubalang, menteri-menteri,
tentara-tentaranya. Sedangkan rakyat hamba tidak terhitung jumlahnya,
melainkan Allah SWT dan Rasul-Nya juga yang mengetahuinya. Gajah, kuda,
dan unta hamba tidak terhitung banyaknya pula. Enam belas ribu budak
hamba diberi pakaian yang beraneka ragam. Empat ribu orang mengenakan
pakaian seragam yang berwarna kuning. Empat ribu lainnya memakai seragam
berwarna merah. Empat ribu lainnya memakai seragam hijau. Pada pakaian
mereka dikenakan emas, perak, dan kumuda. Emas yang bertahtakan mutu
manikam. Ada pula hiasan burung rajawali dan burung merak. Di mana
bulunya tersusun dari emas. Empat ribu orangnya memegang senjata dari
emas”.
“Di sebelah
kanan seribu orang memegang pedang emas. Di sebelah kiri seribu orang
memegang keris. Di bagian belakang hamba memegang tombak. Empat ribu
orang mengendarai kuda sembrani Di sebelah kanan hamba seribu orang
penunggang kuda yang berseragam hijau. Di sebelah kiri penunggang kuda
berwarna. Di hadapan hamba kuda yang berseragam putih. Para penunggang
kuda tersebut mengenakan pakaian berwarna emas dan memegang senjata
kerajaan, ya Nabi Isa Ruhullah. Adapun tentara dan rakyat hamba itu
tidak terhitung banyaknya, melainkan Allah dan Rasul- Nya yang
mengetahui”.
“Demikianlah
kebesaran kerajaan hamba, ya Nabi Isa Ruhullah. Tidak seorang pun dari
raja-raja melakukan perlawanan terhadap hamba. Dan tidak pula
kerajaan-kerajannya menyamai kerajaan hamba dan kebesaran hamba. Dahulu,
seluruh raja pada jaman hamba berada di bawah kekuasaan hamba, serta
mereka diwajibkan memberi upeti kepada hamba. Dahulu, tiga puluh ribu
unta di bawah kekuasaanku. Gajah, unta, dan kuda tidak terhitung
jumlahnya."
Ujar Nabi Isa , "Hai Raja Jumjumah, berapa lama tuan tinggal dalam kerajaan tuan?"
Raja Jumjumah
menyahut, "Ya Nabi Isa Ruhullah, empat ratus tahun lamanya berada dalam
kerajaan hamba, ya Nabi Isa Ruhullah. Dengan dermawan hamba dalam sehari
semalam hamba (pernah) memberikan sedekah sebesar sejuta dinar dan
dirham kepada fakir miskin dan musafir. Pada waktu dahulu, setiap hari
hamba memberikan pakaian kepada para alim. Demikianlah perihal perbuatan
hamba di dunia senantiasa dilakukan”.
"Dahulu,
seluruh mesjid dan mushola yang berada di daratan Mesir dan Syam yang
perlu diperbaiki akan hamba perintahkan untuk diperbaiki. Demikianlah
perihal dari perbuatan hamba di dunia. Akan tetapi Allah Ta’ala Tuhan
semesta alam juga yang tidak disembah selain dari-Nya, hanya Dialah yang
memberikan harta pada, hamba-Nya."
Nabi Isa
bertanya lagi, "Hai Raja Jumjumah, bagaimana engkau merasakan kekurangan
di dunia, dan bagaimana engkau merasakan sakaratul maut, dan bagaimana
rasanya minum pada saat sakaratul maut, dan bagaimana merasakannya saat
berada di dalam kubur?"
Raja Jumjumah
pun menjawab, "Ya Nabi Isa Ruhullah, amat ajaib dan sangat sukar dan
menyakitkan atas seluruh hal yang tuan tanyakan kepada hamba. Sekarang
hamba akan ceritakan kepada tuan mengenai kematian hamba”.
"Pada satu
kesempatan, hamba pergi mandi ke sungai Alhamd dengan seluruh
hulubalang, menteri-menteri, tentara-tentara, dan sebagian rakyat hamba
turut serta mengiringi. Setelah mandi, hamba naik ke darat, kemudian
duduk di tepi sungai itu. Hamba pun merasakan kedinginan pada tubuh
seperti hendak demam. Hamba segera pulang ke istana Para pengiring hamba
pun terlihat berduka atas keadaan yang dialami hamba”.
“Setelah tiba
di istana, hamba berbaring di atas permadani yang bersipuhkan emas dan
bertahtakan ratna mutu manikam. Kata hamba kepada seluruh menteri dan
para budak: ’Hai kalian, pergilah kepada tabib yang telah mengobati aku,
karena selama empat hari demam masih dirasa’, dan aku pun
menghentikannya atas penyakitku ini”.
"Kemudian
datanglah orang yang akan mengobati. Namun pengobatannya dirasakan tidak
memberi manfaat. Hingga selama lima hari demam hamba semakin terasa.
Lalu hati hamba berkata, Wah badanku, akan berpisahlah nyawa dan badan,
seperti seorang yang sangat mengasihi seorang yang lainnya. Kemudian
berpisahlah keduanya, rasanya adalah bagaikan kehilangan kesadaran, dan
terbakarlah hati keduanya. Dan apa pun yang dilakukan, bagi hamba tidak
akan menjadikan penghibur, karena sangat cintanya kepada sang kekasih
dan selalu teringat terhadap perpisahannya tersebut”.
"Demikianlah
cintanya kepada nyawa hamba, saat berpisah dengan badan hamba. Dari
kehendak yang memiliki kehendak itu, maka ridhalah hamba akan
kehendaknya ini. Kemudian hamba pun berpikir dalam hati, Oh, niscaya aku
akan mati juga, karena terlihat muka aku menjadi pucat tidak seperti
biasanya, dan berduka citalah hamba”.
“Sesaat
kemudian terdengar suatu bunyi, katanya, ‘Kenalkah engkau terhadap
siksaan orang durhaka, karena ia tidak beribadah kepada Allah Ta’ala
Tuhan semesta alam (sebagaimana mestinya)’. Dan hamba lihat seorang
laki-laki amat besar datang ke hadapan hamba. Kemudian ditikamnya dada
hamba begitu sakitnya hamba merasakan hal demikian”.
"Tersentaklah
diri hamba dan lemah lunglailah dirasakan. Selanjutnya didengar lagi
suara, ‘Keluarkanlah nyawa orang yang durhaka ini’. Maka seluruh tubuh
hamba terasa seperti bercerai-berai. Seluruh sendi-sendi tulang hamba
terbaring di atas bantal. Ketika itu, anak isteri dan keluarga hamba
begitu menangisi karena cintanya kepada hamba. Oh, aku ini akhirnya mati
juga pada hari ini, saat ini telah datang ajalku”.
“Waktu itu,
tidak ada seorang pun yang dapat menolong hamba, dan tidaklah dapat
menyertai hamba. Hamba pun melihat seluruh anak isteri dan seluruh
keluarga hamba Maka hamba melihat seluruh anak isteri dan keluarga hamba
menangis dengan sangat berdukanya, karena sayangnya kepadaku”.
"Pada saat itu,
tidak seorang pun dapat memberikan faedah dan manfaat kepada hamba,
melainkan karena apa apa yang telah diberikan kepada para ulama dan
fakir miskin dahulu itulah yang menolong hamba. Sedangkan apa-apa baik
kenikmatan, makanan yang dimakan, pakaian yang terbuat dan emas yang
dipakai dahulu, kini ia menjadi siksaan dan azab kepada hamba”.
"Kemudian
datanglah Malaikat Maut kepada hamba dengan bunyinya yang berat. Kepala
dan kakinya berada pada tujuh lapis langit hingga ke tujuh lapis bumi,
serta sebelah sayapnya merupakan azab dan sayap lainnya adalah rahmat.
Ketika itu, mukanya ada enam, ya Nabi Isa Ruhullah. Kesatu dari atas;
kedua muka kanan; ketiga muka kiri; keempat di bagian depan; kelima di
bagian belakang; dan keenam di bagian bawah."
Bertanyalah kembali Nabi Isa, "Hai Raja Jumjumah tengkorak kering, apa yang Anda pertanyakan kepada malaikat maut."
Jawab sang
Raja, "Ada pertanyaan yang diajukan, yaitu, ‘Hai Malaikat, apa sebabnya
mukamu itu ada enam. Sahut malaikat, Hai Raja Jumjumah, orang durhaka
celaka. Ketahuilah olehmu, bahwasanya mukaku dari atas kerjanya
mengambil nyawa seluruh nyawa anbiya. Mukaku dari depan, akan mengambil
nyawa seluruh umat Nabi Muhammad SAW. Muka di bagian belakang berperan
dalam mengambil nyawa orang-orang kafir. Mukaku di bagian kanan
mengambil nyawa penghuni wilayah Masyrik dan sebelah kirinya mengambil
nyawa penghuni wilayah Maghrib. Dan Mukaku di sebelah bawah mengambil
nyawa segala jin dan setan”.
Nabi Isa mengajukan pertanyaan berikut, "Hai Raja Jumjumah, bagaimana kau merasakan kedatangan kematian?"
Raja Jumjumah
berucap, "Ya Nabi Isa Ruhullah, pada satu waktu, datanglah Malaikat maut
kepada hamba, la datang mengambil nyawa hamba. Lalu kulihat ia beserta
dengan tiga puluh malaikat yang disuruhnya untuk memegang lidah hamba
agar jangan menjerit akibat dari rasa takut yang dahsyat, dan
mendengarkan suara mereka, tulang belulang hamba lemah lunglai rasanya.
Jika para penghuni wilayah Maghrib mendengarkan suara itu yang seperti
halilintar yang membelah. Demikianlah suaranya itu”.
"Selanjutnya,
ketiga puluh malaikat tersebut diperintahkan oleh Allah untuk memegang
kaki hamba agar jangan bergerak. Kemudian diperintahkan oleh Allah untuk
melontarkan tembaga ke dada hamba yang kemudian hancur. Begitu sangat
sakit dan panasnya terasa di dada hamba. Sekali lagi . diperintahkan
oleh Allah Ta’ala seorang malaikat untuk memegang leher hamba serta
dipakaikannya rantai dan belenggu pada leher hamba, dan dipakaikannya
tali kekang terbuat dari api pada mulut hamba oleh malaikat, dan
disiksanya hamba. Begitu menderita hamba akibat sakitnya itu, maka ucap
hamba kepada malaikat yang menyiksa hamba,’lepaskanlah hamba dari siksa
ini, sebagai upahnya akan kuberikan seluruh harta, anak isteri, segala
budak hamba’.
“Setelah
mendengar perkataan hamba tadi maka disapunya mulut hamba oleh
Mala’katul Maut dan dirasakannya oleh seluruh anggota tubuh seperti
hancur lebur rasanya. Malaikat itu berkata, ‘Hai orang durhaka yang
celaka, ketahuilah olehmu bahwa kami ini bukan (akan) mengambil upah
dari kamu, karena kami mengerjakan perintah dari Tuhan kami dengan
sesungguhnya. Begitulah kami yang akan mengerjakan dengan
sebenar-benarnya. Kami bukanlah seperti kamu manusia yang bersaksi
dengan dusta dan bersumpah dengan tidak sebenarnya, dan meninggalkan
perintah Allah Ta’ala, serta mengerjakan larangan-larangannya. Oleh
karena itu, laknat Allah kepada kamu, dan azab Allah yang menyiksa
dengan tiada berkesudahan hingga hari kiamat’."
Pertanyaan
berikut yang dilontarkan oleh Nabi Isa, "Hai Raja Jumjumah, ketika
nyawamu lepas, bagaimana kau merasakan rasa sakitnya, dan tatkala
tubuhmu terlentang setelah ditinggalkan nyawanya, bagaimana juga rasa
sakitnya?"
Dijawab oleh
Raja Jumjumah, "Ya Nabi Isa Ruhullah, ketika nyawa hamba diambil oleh
malaikat maut, beribu-ribu sakitnya dirasakan oleh hamba melebihi
seperti ditikam dengan senjata, dan melebihi sakitnya daripada kambing
hidup yang dikuliti, dan seperti kain yang teramat tipis lalu dimasukkan
ke dalam air, kemudian dibuang ke atas duri-duri, setelah itu ditarik
oleh pemilik kainnya, maka luluh lantaklah rasanya ketika nyawa hamba
diambil oleh Malaikat Maut, dan setelah itu badan hamba merasakan
sakitnya, ketika nyawa sudah diambil oleh Malaikat Maut, dan
terbaringlah tubuh hamba di atas tikar. Apabila bergerak lantai rumah
hamba, dirasakanlah kembali rasa sakitnya. Ketika diangkat untuk
dimandikan oleh orang-orang, dan ketika digosok-gosok saat memandikan,
hamba merasakannya begitu sakit. Setelah itu, dikafanilah hamba,
kemudian diangkat untuk dimasukkan ke dalam keranda. Sambil ditanggung, diantarlah ke kubur. Dimasukkanlah aku ke dalam liang lahat, lalu bergoncanglah tanah kuburnya, dan dirasakan oleh aku begitu sangat sakitnya dan pedih dirasakan seperti hancur lebur daging ini. Berpisahlah seluruh persendian tulang dan habislah tak tersisa hilang rasanya, ya Nabi Isa Ruhullah."
kemudian diangkat untuk dimasukkan ke dalam keranda. Sambil ditanggung, diantarlah ke kubur. Dimasukkanlah aku ke dalam liang lahat, lalu bergoncanglah tanah kuburnya, dan dirasakan oleh aku begitu sangat sakitnya dan pedih dirasakan seperti hancur lebur daging ini. Berpisahlah seluruh persendian tulang dan habislah tak tersisa hilang rasanya, ya Nabi Isa Ruhullah."
"Hai Raja
Jumjumah, bagaimana rasanya ketika masuk ke bumi dan (mendengar) suara
dari pertanyaan Munkar dan Nakir?" tanya Nabi Isa kembali.
Raja Jumjumah
menyahut, "Ya Nabi Isa Ruhullah, setelah selesai hamba dikuburkan oleh
jama’ah, kemudian datanglah dua malaikat, pertama bernama Munkar, dan
yang kedua bernama Nakir yang diperintahkan oleh Allah untuk menanyai
orang-orang di dalam kubur. Kemudian kata kedua malaikat tersebut kepada
hamba. Hai orang durhaka yang celaka, tutiskan olehmu perbuatan yang
telah engkau perbuat di dalam dunia, baik jahat maupun baik semuanya.
Seluruhnya tuliskan olehmu; jangan kau sembunyikan, agar di hadirat
Allah semuanya itu dibalas”.
"Kata hamba,
untuk menulis itu, apa tintanya, kalamnya, dan kertasnya untuk hamba.
Ujar Malaikat itu, ‘Hai orang durhaka yang celaka, sebagai tintanya
adalah air mulutmu, kalamnya adalah telunjukmu, dan kertasnya itu adalah
kain kafanmu. Maka seluruh perbuatanmu yang baik dan jahat; dosa besar
dan dosa kecil seluruhnya tuliskan olehmu; segeralah kautuliskan.
Mengapakah, hai orang durhaka yang celaka, dirimu diam, apakah itu
keinginanmu?’. Oleh karenanya, ditulislah oleh hamba”.
"Dalam pikiran
hamba mengatakan bahwa ternyata banyaklah dosa hamba, dan sedikit saja
pahala hamba. Ah, tidak akan kutulis dosa-dosanya. Malaikat berkata.
‘Hai orang durhaka yang celaka, tuliskan seluruh dosamu yang kauperbuat.
Dari dosa besar maupun dosa kecil jangan engkau sembunyikan.
Selanjutnya hamba tuliskan semuanya baik jahat maupun baik. Kata hamba,
‘Wah, sekarang dosaku sangat banyak tidak terhitung lagi, ya Nabi Isa
Ruhullah. Segala hal perbuatannya tidaklah dapat hamba katakan kepada
tuan, melainkan Allah SWT juga yang amat mengetahuinya”.
"Tiba-tiba ada
dua malaikat yang sangat hitam, amat tinggi dan besar seperti pohon
kurma. Dari mulutnya keluar api yang menyala-nyala. Kemudian berkata
kepada hamba, katanya, ‘Hai orang durhaka yang celaka, siapa Tuhanmu,
siapa nabimu, apa agamamu, siapa imammu, apa kiblatmu, dan siapa
saudaramu”?
"Lalu sahut hamba, ‘Engkaulah Tuhanku”.
"Setelah
didengar jawaban tersebut oleh malaikat, ia sangat marah. Kemudian
dipecut dengan cemetinya yang bercabang-cabang. Setiap cabangnya keluar
api yang menyala. Kalau saja cemeti yang bercabang itu dipukulkan ke
atas bumi ini, maka akan ratalah ia atau bukit pun akan rata dan
terlihat hancur.
"Demikianlah,
hamba dipukulnya, yang menyebabkan tubuh hamba hancur.
Persendian-persendian tulang pun cerai-berai. Dagingnya juga
hancur-lebur. ibarat awan yang ditiup angin kencang. Demikianlah
rasanya; dipukul tiga kali berturut-turut. Malaikat berkata lagi, ‘Hai
bumi, jepitlah orang durhaka yang celaka itu. Makanlah olehmu dagingnya
sebagai suatu rejeki, karena ia orang yang durhaka kepada Allah Ta’ala’.
Setelah itu, dijepitlah hamba oleh bumi. Habislah luluh lantaklah tubuh
hamba, serta daging pun hancur tercerai-berai. Persendian-persendian
tulang juga hancur-remuk. Ujar bumi, ‘Hai orang durhaka yang celaka,
tatkala engkau tinggal di atasku. seluruh keinginanmu yang durhaka
kaulakukan di atasku, seperti zina, dan lain-lainnya yang dilarang oleh
Allah SWT”.
"Setelah
dijepit oleh tanah tersebut, bumi berkata kembali, ‘Hai orang celaka
yang durhaka, sekarang engkau masuk ke dalam perutku, maka akulah rupa
yang buruk, dan akulah rumah yang berisi siksaaan akulah juga rumah yang
berisi seluruh bau busuk dan anyir”.
"Selanjutnya,
hamba melihat dua orang yang sangat hitam rupanya. Kepalanya sangat
besar seperti bukit di negeri Syam. Kedua orang itu yang ternyata adalah
malaikat, kemudian membawa hamba”.
"Setibanya di
bawah ‘Arsy Allah Ta’ala, terdengarlah oleh hamba satu suara, yang
mengatakan, ‘Hai Malaikat-Ku, bawalah orang durhaka yang celaka itu ke
dalam neraka. Buanglah ia ke dalam siksa yang sangat menyiksa itu’.
Kemudian hamba dibawa oleh malaikat itu ke neraka. Sesampainya di pintu
neraka, hamba diserahkan kepada Malaikat Zabaniyah, seraya mengatakan,
Hai Malaikat Zabaniyah, masukkan orang yang celaka ini ke dalam neraka
Siksalah dia dengan siksaan yang sangat menyiksa”.
"Setelah itu,
hamba pun dimasukkan ke dalam neraka yang amat sangat menyiksa itu.
Terlalu banyak macamnya siksaan dan azab yang hamba lihat. Hamba sering
menangis dan mengerang menyaksikan keadaan siksa neraka itu. Ucap hamba,
‘Oh, siapa lagi yang hamba harapkan, dan siapa lagi yang akan mengasihi
hamba. Oh, bagi hamba sangat diharamkan sekali-kali untuk berbuat dosa,
seandainya hamba berada di dalam dunia hanya sesaat saja lamanya”.
"Pada waktu
itu, hamba tidak mengetahui lagi bagaimana nasib hamba selanjutnya.
Namun, kemudian hamba melihat empat buah kursi tersimpan di kanan dan
kiri ‘Arsy Allah Ta’ala. Lalu hamba menanyakan kepada malaikat yang
menyiksa hamba mengenai siapa yang mendapatkan anugerah Allah Ta’ala Al
Karim itu. Jawab Malaikat, Adapun satu kursi itu adalah dianugerahklan
kepada Nabi Muhammad Rasulullah. Satu kursi berikut adalah untuk Nabi
Ibrahim khalilullah. Satu kursi lagi untuk Nabi Isa Ruhullah Dan satu
kursi sisanya adalah bagi Nabi Musa Kalamullah”.
"Pada saat itu,
hamba lihat seorang tua duduk di atas satu kursi dan dari hidungnya
senantiasa keluar api. Beberapa malaikat diperintahkan oleh Allah Ta’ala
untuk memasukkan orang tua itu ke dalam neraka, serta dirantai yang
membelenggu dan tali. Setelah selesai menjalani segala macam siksaan,
hamba lihat ia dibawa ke atas mimbar. Bawalah ia ke dalam neraka dan
rantailah serta belenggulah dan kekanglah pada lehernya. Sesungguhnya
orang ini durhaka yang celaka tidak mau menuruti perintah Allah Ta’ala
dan Rasul-Nya’.
"Dalam
menjalani siksaan, rambut hamba habis terlepas dari kulit. Tulang hamba
pun hancur dan patah-patah. Bibir hamba seperti bukit Haliyah besarnya.
Tubuh hamba besarnya seluas seperti jauhnya orang yang mengendarai kuda
sembrani selama tiga hari tiga malam. Seperti jarak itulah besarnya.
Jika orang lari dengan kuda sembrani yang sangat tangkas selama tiga
hari tiga malam, maka tebal bibir atas bawahnya sama seperti itu. Hidung
hamba pun seperti bukit besarnya. Sementara mata dan telinga menjadi
hamba tuli”.
"Hamba juga
dikenakan pakaian yang terbuat dari kulit api neraka. Di dalam baju itu
terdapat macam-macam binatang, seperti ular, kalajengking, dan lipan
yang tercipta dari api neraka. Jika saja binatang-binatang itu
diturunkan ke bumi, maka seluruh isi bumi dapat ditutupi oleh karena
besar tubuhnya. Dan dengan marahnya binatang-binatang itu menggigit
tubuh hamba”.
"Awalnya perut
hamba diikat dengan tali dari api neraka, dan diikatkan kepada satu
pohon yang tercipta dari api neraka juga. Selanjutnya kaki hamba
disimpan di atas. Sedangkan kepala disimpan di bawah, seperti orang yang
digantung sungsang andai saja penghuni dunia menyaksikan penyiksaan
itu, niscaya seluruhnya akan sangat terkejut dan takut karena
kedahsyatan siksaan itu. Setelah selesai dari tempat ini, hamba dibawa
kepada saksi lain. Kemudian diserahkanlah hamba kepada Malaikat
Zabaniyah”.
"Hamba disuruh
untuk memakai suatu sepatu terbuat dari api yang panjangnya sepuluh gaz
(+110 meter) dan tingginya empat puluh gaz. Apabila dipakai ke kaki
sepatu itu, maka timbullah rasa hangus di dalam dada dan sangat meruyak
hingga serasa hancur lebur. Asapnya naik sampai ke otak hamba. Ya Nabi
Isa Ruhullah, makanan hamba dari tembaga dan timah yang melebur”.
“Setelah
selesai menjalani siksan di tempat ini, kemudian hamba dibawa ke satu
bukit api neraka Hamba lihat beribu-ribu bukit dari api neraka. Di atas
bukit-bukit itu, terdapat batu-batu dari api neraka juga. Ada pula
pepohonan yang tercipta dari api neraka pula, serta binatang-binatangnya
yang terbuat dan api neraka juga”.
"Pada satu
bukitnya, terdapat siksaan beribu-ribu macam, dan beribu-ribu macam
api. Terdapat pula sungai-sungai api yang airnya berasal dari tembaga,
timah, dan besi yang telah melebur. Ada juga airnya yang berasal dari
darah dan nanah yang berbau sangat anyir dan busuk.”
"Tiap-tiap
sungai, airnya berputar-putar, dan bunyinya bagaikan guruh dan
halilintar yang membelah angkasa. Demikianlah yang hamba dengar,
terdengar hingga seribu tahun perjalanan manusia”.
“Ketika hamba
sampai di atas bukit. Binatang-binatang itu disuruh oleh malaikat
Zabaniyah menyiksa hamba beratus-ratus kali. Andai saja anak dari dari
seekor ular di antaranya yang terjatuh ke bumi, maka hancurlah bumi
karena bisanya”.
“Lalu hamba
dibawa ke dalam sungai. Seluruh anggota badan dan persendian tulang
rasanya seperti hancur lebur. Tiga ratus kali hamba digigit, kemudian di
bawah bukit beribu-ribu siksaan dan azab Allah Ta’ala hamba rasakan
lagi, dan tubuh hamba diikat dengan tali dan api dan dirantai yang
terbuat dari api juga. Hamba pun diikatkan kepada sebuah pohon yang
terbuat dari api neraka juga. Sedangkan rantai membelenggu hamba dan
dililitkan pula kepada pohon itu. Hanguslah tubuh hamba dan hancurlah
daging hamba rasanya”.
"Hamba sendiri
ketika hidup kembali tidaklah ada bandingannya siksaan-siksaan yang
telah dialami itu, ya Nabi Isa Ruhullah. Begitu menderitanya, hamba pun
menangis dengan menjadi-jadi serta berseru-seru kepada Allah Azza wa
Jala, ‘Ya Ilahi, Ya Robbi, Ya Saidi, Ya Maulayya, Ya Tuhanku, telah
hanguslah segala tubuh hambamu dan hancur leburlah daging hamba, serta
meluruh dari kulitnya hamba rasakan ya Tuhanku, perut hamba pun jadi
melorot ke bawah, hingga hamba dapat duduk di atasnya’. Demikianlah
seruan hamba ke hadirat Allah Ta’ala. ya Nabi Isa Ruhullah”.
"Hamba kemudian
lihat banyak orang yang mendapat siksa, dan datanglah ular,
kalajengking, dan lipan dari api menggigit mereka sama seperti yang
menggigit tubuh hamba. Mereka pun meraung-raung karena terlalu sangat
sakitnya. Dan menangis begitu memilukan. Hamba katakan, ‘Hai Malaikat
Zabaniyah, apakah dosanya dari orang-orang itu hingga disiksa dengan
yang demikian itu?”.
"Malaikat
Zabaniyah menjawab, Hai orang durhaka yang celaka, ketahuilah olehmu
bahwasanya orang itu tidak mau mandi junub serta tidak suci dirinya
ketika ia pergi ke mesjid, demikianlah dosanya orang itu."
Raja Jumjumah
berkata, "Ya Nabi Isa Ruhullah, hamba lihat orang-orang yang matanya
dituangi dengan api yang menyala-nyala, la terbaring dan tergantung
seraya berseru kepada Allah SWT. Hamba pun bertanya kepada Malaikat
Zabaniyah, mengenai hal itu. la menjawab bahwa sesungguhnya orang itu
ketika di dalam dunia sering mengintip aurat isteri orang lain, serta
berusaha menggodanya.
"Ya Nabi Isa
Ruhullah, hamba juga melihat seorang perempuan yang tengah muntah-muntah
dengan lidahnya yang menjulur hingga ke kakinya. Dari
mulutnya keluar nanah dan darah yang menggumpal-gurnpal. Kemudian
disuapinya dengan daging dari api, serta digantung secara sungsang.
Kepalanya di posisi bawah sedangkan kakinya berada di atas. Dan di
bawahnya ada api yang menyala-nyala, la menyeru-nyeru dengan tangisannya
yang sangat memilukan; suaranya begitu ramai menyayat. Hamba pun
bertanya kepada Malaikat Zabaniyah, ‘Apakah dosa dari orang itu’? Malaikat menyahut, ‘Mereka itulah yang telah melakukan aborsi”.
“Sebagian yang
hamba lihat lehernya tergantung pada rantai dari api yang menyala-nyala,
dan hamba bertanya lagi kepada Malaikat Zabaniyah, Apa dosanya orang
itu?’ ‘Orang itu tidaklah sekali-kali mau mengambil air untuk,
sembahyang ketika hidupnya di dalam dunia’, ujar Malaikat Zabaniyah."
“Seluruh
persendian hamba pun lemah dan letih rasanya. Tubuh hamba pun
bergemetar, karena kedahsyatan dan ketakutan hamba menyaksikan azab
Allah Ta’ala tersebut, ya Nabi Isa Ruhullah. Lalu hamba pun bertanya
kepada Malaikat Zabaniyah, Siapa yang mandi dan siapa pula yang meminum
air sungai tersebut? “
"Dijawab oleh
Malaikat Zabaniyah, Hai orang durhaka yang celaka, adapun yang mandi dan
minum air sungai itu adalah orang-orang yang disiksa di dalam neraka”.
"Ya Nabi Isa
Ruhullah, hamba lihat di dalam neraka itu beribu-ribu selokan dari api
neraka, dan dari selokan tersebut terdapat beribu-ribu rumah; dari satu
rumah, terdapat beribu-ribu pintunya; dan dari satu pintunya, terdapat
beribu-ribu bilik dan beribu-ribu bangku; dan dari satu bangku terdapat
beribu-ribu ambalan; dan dari satu ambalan, terdapat beribu-ribu
hamparan dan bantal dan beribu ribu azab Allah Ta’ala; dan seluruh
siksaan tersebut, berasal dari api juga”
“Nabi
Isa Ruhullah, hamba lihat di dalam neraka itu ada mahligai dari api dan
pada satu mahligainya terdapat beribu-ribu pintu, dan pada satu pintu
terdapat beribu-ribu bilik dan bangku; dan dari satu bangku terdapat
beribu-ribu hamparan dan bantal. Bahwasanya pada tiap-tiap barang
tersebut, kainnya berasal dari api neraka”.
"Ya Nabi Isa Ruhullah, hamba lihat di dalam neraka itu ada bermacam-macam
binatang, ada yang seperti gajah, kuda, singa, keledai, kalajengking, lipan, burung, babi, anjing, dan kucing. Seluruhnya berasal dari api yang bermacam-macam. Sesungguhnya seluruh binatang tersebut kerjanya adalah untuk menyiksa penghuni neraka”.
binatang, ada yang seperti gajah, kuda, singa, keledai, kalajengking, lipan, burung, babi, anjing, dan kucing. Seluruhnya berasal dari api yang bermacam-macam. Sesungguhnya seluruh binatang tersebut kerjanya adalah untuk menyiksa penghuni neraka”.
"Sesudah hamba
merasakan dan melihat berbagai macam siksaan neraka, hamba dibawa oleh
malaikat Zabaniyah ke atas bukit yang bernama bukit Sakuna. Sampai ke
atas bukit tersebut dapat ditempuh oleh manusia biasa adalah selama
70.000 tahun. Dan terdapat 70.000 tempat pemberhentian. Terdapat pula
70.000 macam siksa di tempat itu, ya Nabi Isa Ruhullah”.
"Di bukit
Sakuna terdapat 70.000 malaikat yang pekerjaannya adalah menghancurkan
tembaga, timah, dan besi sebagai bahan untuk menyiksa orang yang tidak
mau menuruti akan perintah Allah Ta’ala dan Rasul Nya, juga menyiksai
hamba di bukit itu Hamba rasakan tidak ada sesuatu pun yang menyamai
azab tersebut”.
"Ya Nabi Isa
Ruhullah, seluruh siksaan yang ada di dalam dunia, tidak ada satu pun
yang sama dengan siksaaan yang ada di akhirat. Di bukit itu hamba lihat
dan hamba dengar, penuh dengan ular dan kalajengking, dan
binatang-binatang buas isinya”.
Ucap Raja
Jumjumah, "Ya Nabi Isa Ruhullah, adalah bermacam-macam siksaan yang
hamba lihat yang tidak mungkin habis hamba ceritakan kepada tuanku
mengenai siksaan itu. Setelah selesai hamba menjalani siksaan-siksaan,
maka datanglah seorang malaikat untuk menyampaikan amanat dari Allah
kepada Malaikat Zabaniyah bahwa Allah Ta’ala telah mengampuni dosaku.
Allah Ta’ala telah menganugerahi kasihnya. Penyiksaan kepadaku dilakukan
karena perintah Allah semata. Dan kini aku telah diampuni oleh Allah
Ta’ala terhadap seluruh dosaku."
Nabi Isa
berbicara, "Hai Raja Jumjumah, berbahagialah tuan telah begitu besar
dianugerahi Allah SWT telah melepaskan azab. Sesungguhnya segala
perbuatan jika tidak benar niatnya, maka sembahyang dan ibadahnya pun
tidak akan memberinya manfaat apapun”.
"Hai Raja
Jumjumah, ceritakanlah oleh Tuan seluruh siksaan yang telah dialami
kepada orang-orang agar mereka menjadi takut dan bertobat setelah
mendengarkannya."
Kata Raja
Jumjumah, "Ya Nabi Isa ruhullah, tidaklah hamba dapat merasakan
penderitaan lagi, dan tidaklah pula dapat menceritakan lagi mengenai
siksaan siksaan dan azab Allah Ta’ala. Karena tuan adalah Ruhullah,
hamba mohonkan kepada Allah SWT agar dapat hidup kembali dan masuk ke
dalam perut ibu hamba supaya dapat berbakti ke hadirat Tuhan
RobbulArsyil Azim, maka semoga dapat terlepas dari siksaan yang telah
hamba rasakan, dan hamba telah melihatnya juga. Akan tetapi terhadap kerajaan hamba, janganlah tuan mohonkan hamba untuk kembali lagi berkuasa."
Setelah Nabi
Isa Ruhullah mendengar permohonan tersebut, ia segera mengambil
segengggam tanah. Kemudian dibasuhkanlah kepada kepala tengkorak dan
ditutupnya dengan kain putih.
Selanjutnya,
Nabi Isa melaksanakan sholat dua rakaat. Lalu berdo’a kepada Allah agar
keinginan dari Raja Jumjumah dapat terkabul. Allah SWT pun mengabulkan
permohonan Rasul-Nya itu.
Sumber : https://semestahidayah.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar